Sabtu, 12 Maret 2016

Lolita | Review


Lolita

Vladimir Nabokov, 1955
Anton Kurnia (penerjemah)
Serambi, September 2009
526 halaman
ISBN13 9789791112864

Buku ini bisa dibilang adalah monolog dari Humbert Humbert, berisi tentang pengakuannya kepada para juri (pengadilan?). H.H ditangkap karena pembunuhan terhadap Clare Quilty, dia kemudian menjelaskan hal ini. Semuanya berawal, berfokus, dan berakhir kepada satu gadis: Lolita

Pengakuan ini, tentang pembunuhan, tentang obsesi tidak pantasnya terhadap para 'peri asmara' (nymphets, kalau di naskah Inggrisnya)--anak perempuan yang berumur 9-14 tahun--juga berbagai kejahatan lainnya, nyaris tanpa rasa bersalah sedikit pun, tapi juga tanpa usaha untuk menjustifikasi perbuatannya.

Seram? tentu saja seram. Humbert Humbert menggambarkan dengan cukup detil rasa sayang dan cintanya terhadap Lolita, dan bagaimana sang gadis baru puber itu berhasil membuatnya tergila-gila. Berbagai skenario berputar di kepala H.H untuk mendapatkannya, mulai dari rencana pembunuhan, rencana 'percintaan'nya, hingga percobaan obat tidur untuk membius sang korban.

Pengakuan Humbert Humbert mengingatkan saya pada tokoh Hans Beckert dalam film M (1931, Fritz Lang, wajib ditonton). Keduanya sama-sama pedofil, namun dengan alasan dan tujuan yang berbeda, H.H mendekati para anak gadis karena kecintaannya, sementara Hans Beckert membunuh para anak gadis karena 'keharusan' yang ada dalam dirinya. Dalam film itu, ketika tokoh Hans Beckert akhirnya tertangkap, ia melanturkan sebuah monolog tak terlupakan--yang menurut saya adalah salah satu yang terbaik dalam sejarah film:

"I can’t help what I do! I can’t help it, I can’t…What do you know about it? Who are you anyway? [...] But I… I can’t help myself! I have no control over this, this evil thing inside of me, the fire, the voices, the torment! … It’s there all the time, driving me out to wander the streets, following me, silently, but I can feel it there. It’s me, pursuing myself! I want to escape, to escape from myself! But it’s impossible. I can’t escape, I have to obey it. [...]"

Sepanjang film itu, rasa jijik dan kebencian terhadap tokoh Hans Beckert begitu memuncak, namun hal ini sedikit goyah ketika ia begitu jujur berkata tentang ketidaksanggupannya untuk menahan dirinya sendiri.

Humbert yang sebegitu santainya melemparkan humor disana-sini justru membuat buku ini semakin seram. Ada sensasi rasa dingin yang nyaris tidak berhenti mengalir di tulang punggung saya ketika membaca buku ini. Bukan karena kejahatan H.H yang begitu 'sakit', tapi justru karena saya, tanpa sadar, bisa memahami, bahkan nyaris bersimpati, dengan si tokoh pedofil ini..



What do you know about it? Who are you anyway??

Tidak ada komentar:

Posting Komentar